Teori resepsi sastra adalah teori pendekatan sastra yang mementingkan pendapat pembaca pada sebuah karya sastra, seperti tanggapan umum yang sering berubah-ubah dalam kurun waktu tertentu. Jadi dalam menilai, mengintrepretasi, dan mengevaluasi sebuah karya sastra berasal dari pikiran dari pembaca. Pendekatan ini berfokus pada analisis tekstual lingkup untuk "negosiasi" dan "oposisi" pada bagian dari pembaca. Ini berarti bahwa teks baik itu buku, film, atau karya kreatif lainnya-tidak hanya pasif diterima oleh pembaca, tapi bahwa pembaca / pemirsa menafsirkan makna teks berdasarkan latar belakang budaya individu dan pengalaman hidup. Pada dasarnya, makna teks tidak melekat dalam teks itu sendiri tapi dibuat dalam hubungan antara teks dan pembaca. Oleh sebab itu, setiap pembaca memiliki persepsi yang berbeda setelah membaca sebuah karya sastra apabila dikaitkan dengan kehidupannya sendiri. Sebagai contoh, orang-orang Yahudi yang berhasil dari holocaust NAZI bisa saja memberikan penilaian betapa menderitanya mereka semasa pembasmian bangsa Yahudi setelah membaca novel The Pianist karya Wladyslaw Szpilman.
Tokoh Teori Resepsi Sastra
Wolfgang Iser (1926 -), yang dianggap sebagai salah satu tokoh paling terkemuka di Teori resepsi, menunjukkan pentingnya proses sastra. Iser mengambil pendekatan fenomenologis Penerimaan Teori dan dia "decontextualizes dan dehistoricizes teks dan pembaca" Iser. berpendapat bahwa keterlibatan pembaca bertepatan dengan arti produksi dalam sastra.
Baca juga: Pengertian Teori Formalisme
Teori resepsi antara lain dikembangkan oleh RT. Segers dalam bukunya Receptie Esthetika. (1978) Di dalam pengantarnya ia menulis: Aan het eind van de jaren zestig werd in weat Duitsland de receptie esthetika geintroduceerd" (RT. Segers, 1978: 9). Ini berarti bahwa resepsi esthetika telah diperkenalkan di Jerman Barat pada akhir tahun 60-an. la menunjuk artikel Roman Jacobson: "Linguisties and Poeties" (1960) yang berisi sebuah model komunikasi. Pada penerbitan yang terdahulu D.W. Fokkema dkk. (1977) menyajikan "The Rezeption of Literature: Theory and Practice of'Rezeptionns aesthetik" dalam bab 5 bukunya yang berjudul "The ories of Literature in The Twentieth Century. Di dalam bab 5 mereka mengutip pendapat Lotman (1972) "Infact, the literary work consist of the text (the system of intra-textual relations) in its relation toextra-textual reality: 10literary norms, tradition and the imagination". Selanjutnya ia mengutip pendapat Siegfried J. Schmidt (1973) "Reception (therefore) occurs as a process creating meaning, which realizes the instructions given in the linguistic appearance of the text" (D.W Fokkema, 1977: 137).
Buku Receptie Esthetika diawali dengan dasar-dasar resepsi estetika yang diletakkan oleh Hans Robert ]auss dan Wolfgang Iser. Menurut ]auss (1970) ada tiga dasar faktor cakrawala hardpan yang dibangun pembaca:
(1) norma-norma genre terkenal teks yang diresepsi;
(2) relasi implisit dengan teks yang telah dikenal dari periode sejarah sastra
yang sarna;
(3) kontradiksi flksi dengan kenyataan.
Ada tiga macam pembaca:
(1) Pembaca sesungguhnya
(2) Pembaca implisit
(3) Pembaca eksplisit
Menurut Segers (1975) pembaca sesungguhnya termasuk kategori yang paling mendapat perhatian, termasuk dalam toori esthetika. Menurut Iser (1973) pembaca implisit adalah peranan bacaan yang terletak di dalam teks itu sendiri, yakni keseluruhan petunjuk tekstual bagi pembaca sebenarnya. Jadi pembaca implisit imanen di dalam teks yang diberikan.